
Lima suster SFD tiba di pelabuhan Banjarmasin atas permintaan Pastor Schoone yang membuka SD dan kekurangan guru
Nama kelima suster tersebut adalah:
Sr. Laurentine Pijnenburg, SFD
Sr. Clementia Geerden, SFD
Sr. Josephina Jacobs, SFD
Sr. Theobalda Van Gool, SFD
Sr. Josephine Ghuis, SFD
Para suster sementara tinggal di 2 ruangan kelas SD karena rumah untuk mereka belum selesai dibangun
Sr. Josephine Ghuis, SFD mendirikan Sekolah Kepandaian Putri di Kelayan dengan 17 murid pertama. Sekolah ini diresmikan oleh Nyonya Haga, istri gubernur.
Pecah Perang Dunia II menyebabkan penutupan semua sekolah, termasuk sekolah-sekolah Katolik. Para suster SFD meninggalkan Banjarmasin
Delapan suster SFD dari Belanda kembali ke Banjarmasin untuk melanjutkan karya yang telah dimulai. Nama-nama mereka adalah:
Sr. Josephine Jacobs, SFD
Sr. Gebriel Kalkhoven, SFD
Sr. Wynanda Heidkamp, SFD
Sr. Eleuteria Gladdnines, SFD
Sr. M. Antoine Kanters, SFD
Sr. Chaterina van Bommel, SFD
Sr. Clementia Geerden, SFD
Sr. Mauritia van Bavel, SFD
Sr. Brigritte Fijneman, SFD
Sistem Pendidikan Gabungan Sekolah dan Negeri dihapus dan sekolah suster di kelayan kembali menjadi sekolah swasta, tetapi untuk memulai yayasan tidak boleh memakai nama yayasan belanda
Berdirinya Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Santa Maria dengan Akta Nomor 23 oleh Notaris Meester Moeljadi Dwidjodarmo di Banjarmasin.
Pembaruan Akta Yayasan oleh Kho Boen Tian, wakil Notaris di Banjarmasin.
Pembaruan Akta Yayasan oleh Notaris Veronica Lily Dharma, SH di Banjarmasin
Akta diperbarui oleh Notaris Gaby Siantori, SH di Banjarmasin.
Akta diperbarui lagi oleh Notaris Daniel Parganda Marpaung, SH. MH di Jakarta.
Nama yayasan disahkan menjadi “Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Santa Maria Banjarmasin” oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Santa Maria Banjarmasin diganti menjadi Yayasan Santa Maria Banjarmasin hingga sampai sekarang
